Sejak tahun 2010 Kecamatan Sanden telah dicanangkan oleh Gubenur DI. Yogyakarta Sri Sultan Hamangkubuwono X sebagai pintu gerbang budaya Kabupaten Bantul. Hal ini tentunya tidak lepas dari sejarah Kecamatan Sanden yang memang kaya dengan peninggalan monumental.
WISATA BUDAYA
UPACARA KIRAB TUMURUNING MAHESA SURO
Lokasi : Desa Srigading , Pantai Samas, Legenda, Merupakan tradisi dari masyarakat Sanden untuk mengenang legenda Maheso Suro. Legenda ini berawal dari kemiskinan masyarakat Sanden, sehingga mereka memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar terbebas dari kemiskinan tersebut dengan cara bersemedi di pantai samas. Dari semedi tersebut muncullah seekor kerbau hitam yang akhirnya membantu masyarakat setempat dalam meningkatkan hasil pertanian setempat membajak sawah sehingga menjadi subur.
WISATA ALAM / BUATAN
PANTAI SAMAS
Pantai Samas terletak sekitar 24 km dari kota Yogyakarta ke arah selatan melewati ibukota Bantul. Pantai Samas terkenal dengan ombak laut yang besar, delta-delta sungai dan danau air tawar yang membentuk telaga. Telaga-telaga tersebut digunakan untuk pengembangan perikanan dan udang galah yang dilakukan oleh Sub Dinas Perikanan Propinsi DIY serta berbagai lokasi pemancingan.
PANTAI PATEHAN
Pantai Patehan secara administratif masuk dalam Desa Srigading, Kecamatan Sanden. Lokasi Pantai Patehan berjarak 1 km sebelah barat Pantai Samas atau 2 km sebelah timur Pantai Pandansimo.
CAGAR BUDAYA
SITUS GUNUNGWINGKO
Situs Gunungwingko secara administratif berada di tiga Desa, yaitu Kelurahan Gadingharjo di bagian barat Kelurahan Srigading dibagian tengah , dan Kelurahan Tirtoharjo di bagian timur. Ketiga Kelurahan yang membawahi Situs Gunungwingko tersebut termasuk dalam Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul Situs ini berjarak 30 Km disebelah selatan Kota Yogyakarata. Situs Gunungwingko mulai diteliti sejak tahun 1972 , kemudian secara bertahap dilakukan penelitian hingga tahun 1990. Penelitian di Situs Gunungwingko menghasilkan temuan berupa artefak, ekofak dan aspek lingkungan alam.
PESANGGRAHAN SAMAS
Pesanggrahan Samas didirikan pada masa Sultan Hamengkubuwono II, sebagai tempat peristirahatan, rekreasi serta dimungkinkan juga untuk kepentingan religius. Kondisi Pesanggrahan Samas sekarang hanya menyisakan bekas tembok yang membujur ke utara - selatan dengan batu bata berspesi dan diplester dengan semen.
0 comments:
Post a Comment